QnA Ramadhan part#1


Muktabarah atau Muthola'ah Kitab Bareng Risalah merupakan kegiatan rutinan setiap bulan Ramadhan. Muktabarah diadakan setiap hari pada pukul 16.00 WIB. Muthola'ah Kitab Minahus Saniyah oleh Ustadz Farouq Abdul Baqi dilakukan via live Instagram dan Youtube. Beliau merupakan demisioner  Risalah angkatan 2015 yang bulan Januari kemarin berhasil diwisuda. Beliau pernah menempuh pendidikan di Mts NU TBS KUDUS (2004 – 2007),  MA NU TBS KUDUS (2007 – 2010), UIN WALISONGO SEMARANG (2015 – 2020). Selain itu, beliau juga pernah mondok di Pon Pes Rahmatul Ummah Kudus (2006 – 2010), Pon Pes A.P.I Tegalrejo Magelang (2010 - 2015), dan Pon Pes Darul Falah Be-Songo Semarang (2015 – 2020). Dari situ bisa dilihat bahwa hampir semasa hidup beliau, dihabiskan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren. 

Khusus untuk hari  Minggu, muktabarah diisi dengan sesi tanya jawab. Berikut ini daftar pertanyaan dan jawaban oleh Ustadz. Faruq:

1.  1.  Soal niat puasa.  Nah yang aku ketahui niat puasa wajib atau romadhon itu kan dilakukan malam atau ngga pas fajar. Nah suatu waktu aku lagi sakit dan malamnya tidak ikut sholat trawih, dan waktu sahur aku lupa u niat puasa. Aku baru inget kalau belum niat itu pas siang abis dzuhur. Nah pertanyaannya, puasaku brarti sah tidak? Kalau tidak sah apakah aku boleh makan ? Atau aku lanjutkan puasa ? dan aku pernah denger kalau ada niat puasa yang untuk sebulan penuh, itu bagaimana niatnya ? Niat yang dimaksud disini apakah harus nawaitu shouma ghodin... ataukah kalau hati udah punya krenteg besok aku puasa itu udah dihitung niat ?

    Jawab: Niat puasa diharuskan sebelum  fajar, ketentuan itu yang membedakan antara puasa romadhon  dengan puasa lainnya. Berdasarkan madzhab syafiiyah  niat harus dilaksankan setiap hari, karena termasuk ibadah yang tersendiri  antara satu hari dengan hari lainnya karena setiap hari merupakan ibadah mustaqillah (ibadah tersendiri) . Sedangkan menurut Imam Malik  memperbolehkan niat untuk satu bulan penuh. Ada juga Ashhabusy Syafii (murid nya imam syafii) mengatakan niat sebulan itu boleh sebagai sebuah solusi dari lupa, atau keteledoran manusia. Niat utamanya dilakukan dalam hati, sedangkan melafalkan niat hukumnya sunah. Niatnya harus malam hari sebelum fajar. Niat nawaitu shouma godin an ada’i fardhi syhari romadhoni hadhi sanati fardholillahi ta’ala,  lafadz fardhi syhari romadhoni harus ada dalam njiat sedangkan hadhi sanati itu sunah, ada juga yang di tambah imanan wahtisaban. Sedangkan niat sahur supaya besok kuat puasa itu tidak dihitung niat, karena belum memenuhi minimal dalam berniat. Maka konsekekuensinya bagi orang yang lupa tidak berniat, dia tetep diwajibkan menqadhai puasanya dan berpuasa seperti orang yang berpuasa lainnya termasuk meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa.

Refrensi           : Ianatuth Thalibin, Juz 2, Hal 373

                          Hasyiyah Al-Bujairami alal Fathil Wahab, Juz 2, Hal 89

2.   2.  Hukum mengikat rambut ketika sholat ?

    Jawab: Kalau dalam syafiiyah tidak masalah dan tetap sah selagi itu tidak menghalangi dahi ketika sujud. Ada suatu hadis megatakan, kalau hal tersebut masuk ke pencegahan, namun pencegahan tersebut tidak sampai masuk pada haram. Aktsarul fuqaha (Mayoritas ulama fiqih) menghukuminya Makruh tanzaih sehingga tidak masalah (tidak membatalkan shalatnya). Apakah bisa disamkan dengan orang yang memakai sorban ? kalau tujuannya sama dengan orang yang memakai sorban itu dibolehkan yang di makruhkan itu bagi orang yang rambutnya tidak sampai menutupi dahi tapi mengikatnya. Hal tersebut bisa menjadikan kurangnya keberkahan.

Refrensi           : Mausuatul fiqhiyyah al kuaitiyyah juz 26 hal 109

3.   3. Misal ada seseorang sholat sunnah ba'diyah terus kita datang ikut untuk jadi makmum tapi si makmum itu niat sholat wajib karena dalam keadaan tidak tahu. Bagaimana hukumnya?

    Jawab: Orang yang tidak tau tidak bisa dihukumi. Tapi secara syarat, sholatnya tetep sah dikarenakan masih sama kaifiyahnya. Misal kaifiyyah yang berbeda adalah makmum sedang melaksanakan shalat qobliyah – ba’diyyah, sedangan imam melaksanakan shalat Kusuf (Gerhana)  ataupun Istisqa, karena karena kaifiyyah (tata cara pelaksanakan) nya sangat berbeda.

4.     4.  Bolehkah niat puasa wajib di barengkan dengan niat puasa ijazah?

        Jawab: Puasa ijazah itu termasuk puasa yang hukumnya sunnah, beberapa ulama mengatakan, ketika seorang melaksankan ibadah puasa fardhu kemudian diniati bersamaan dengan puas sunnah itu bisa mendapatkan keduanya, tapi ada juga yang mengatakan tidak mendapatkan keduanya. Yang tidak mendapatkan keduanya itu ketika menggabungkan puasa qodo’ dengan puasa arofah, karena itu termasuk ibadah mustaqillah (ibadah yang berdiri sendiri) , tatapi jika puasa sunnah dimutlakkan artinya berniat puasa sunnah mutlak naka keduanya tetap sah dan mendapatkan pahala puasa badi keduanya.

Refrensi           : Ianatut Thalibin, Juz 2, Hal 224

5.   5. Apa tujuan adanya masa iddah bagi seorang perempuan?

  Jawab: Li Baraatur Rahmi (untuk mengosongkan rahim). Ketika seorang wanita bercerai, atau ditinggal mati oleh suaminya maka ketika ia hendak menikah dengan  suaminya yang baru harus ada masa iddah. Supaya jelas apakah anak yang dihasilkan nantinya dari suami pertama atau suami kedua, sehingga tidak ada keraguan dan jelas nasabnya.

Refrensi           : Hasyiah Al-Bujairami Alal Fathil Wahab, Juz 4, Hal 103

6.  6. Lalu bagaimana jika perempuan itu baru menikah 1 bulan dan berpisah atau di tinggal suami a meninggal dalam keadaan belum pernah melakukan hubungan, apakah iddah juga berlaku bagi perempuan ini?

        Jawab: Iddah itu untuk wanita yang pernah di jima’ (berhubungan badan) atau masuknya mani ke farji perempuan baik itu dengan cara biasa atau tidak biasa. Mani yang masuk kedalam farji itu jadi syarat iddah. sehingga jika hal itu tidak terjadi iddah tidak perlu dilakukan.

Refrensi           : Hasyiah Al-Bujairami Alal Fathil Wahab, Juz 4, Hal 103

7.  7. Bagimana hukumnya. Jika kita membaca Al-Qur'an tidak sesuai dengan hukum tajwid, misal dalam membaca hukum mad Jaiz yang seharusnya 3 Alif tetapi di baca 1 Alif. Karena di bulan ramadhan ini kan banyak khataman akan lebih baik tadz. Karena bulannya penuh kebaikan.

        Jawab: Membaca Al-Qur’an harus sesuai makhraj  dan tartil. Biasanya orang yang biasa tartil dalam membaca Al-Qur’an baik dengan cepet ataupun lambat masih bisa tartil. Kuantitas tidak mampu mengalahkan kualitas. Jika tak mampu membaca Al-Qur’an secara tartil ketika cepat ya perlahan-lahan saja.

8.  8. Ketika melihat suatu kemaksiatan, dan kita tidak bisa menegurnya. kan cukup dengan merasa  dalam hati jika itu salah. Misalnya, dalam perkuliahan bertemu dengan lawan jenis kan sudah biasa, ketika bertemu salaman dengan yang bukan muhrim, selain itu juga dalam suatu PKM kan berkumpul biasa. Seperti tidak ada sekat nya  dan itu kan kurang bagus. Jadi bagaimana cara menyikapinya tadz?

         Jawab: Semua tergantung diri sendiri. Kalau diri kita mampu untuk menjaga lisan, mata, pendengaran dan etika maka hal-hal negatif tidak akan terjadi. Bisa disiasati dengan membedakan tempat duduk antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Misalnya yang barisan kanan perempuan dan yang kiri laki-laki, ataupun ada kebutuhan rapat ya sewajarnya saja. Intinya bersikap sesuai tempatnya dan cukup jaga  diri sendiri.

9.  9.  Jenis puasa Sunnah kan ada banyak tadz. Salah satunya puasa Daud. Apakah puasa Daud harus ada guru nya. ?

        Jawab: Puasa daud itu termasuk puasa sunnah yang keutamnnya lebih tinggi, dibandingkan dengan puasa sunnah yang lain, puasa dahr (puasa setiap hari dalam waktu beberpa tahun) misalnya. Keutamaannya terjadi pada perbedaan waktu. Puasa dahr (tahunan) dialakukan setiap hari sehingga nafsu lebih mudah di kontrol (kelola), sedangkan puasa dawud (sehari puasa sehari berbuka) ketika tidak puasa dia sekan-akan seperti puasa, dan ketika puasa itu sekan-akan dia ifthor (berbuka). Puasa daud tidak perlu ijazah. Puasa dahr pun tak harus ada ijazahnya. Namun orang yang memiliki ijazah itu akan lebih baik, karena ada guru yang membimbing untuk mendekatkan diri pada Allah.

1  10. Misal tadz. pada saat malam dibulan ramadhan masih berhadast besar, mandinya pas sebelum subuh. Jadi antara waktu imsak dan subuh masih berhadast, jadi puasa nya batallah atau bagaimana?

        Jawab: Puasa tetep sah apabila sudah niat dimalam harinya. Walaupun antara waktu imsak dan subuh masih berhadast besar. Termasuk yang berhadast adalah orang yang junub atau suami istri yang telah melakukan jima (berhubungan badan suami istri) dan sudah selesai sebelum fajar shadiq, bahkan bagi wanita yang telah selesai waktu haid atau nifasnya dan belum melakukan mandi jinabah (mandi besar) tetap sah puasanya. Tapi disunahkan untuk menyegerakan mandi wajib.

Refrensi           : Hasyiah Al-Bujairami Alal Fathil Wahab, Juz 1, Hal 180

11. Saya pernah dengar jika ada dua masjid dalam suatu wilayah yang letaknya berdekatan (kurang dr 1 km) apabila sewaktu sholat Jumat yang adzannya terlebih dahulu maka yang sholat disitu yang sah. Apakah benar demikian tadz. Dan adakah dalil yang menguatkan pendapat tersebut?

        Jawab: Banyaknya masjid dalam suatu daerah itu tidak merusak keabsahan shalat jumat, jika memang dibutuhkan. Jadi sah sah saja jika dalam suatu daerah ada dua masjid yang letaknya berdekatan. Bisa jadi masjidnya tidak muat untuk jumatan jika hanya satu. Sehingga ditempat yang berdekatan dibuat masjid lagi. Yang terpenting syarat wajib solat jumat terpenuhi termasuk minimal jumlah jamaah 40 orang bagi orang yang muqim mustawthin (bertempat tinggal dan menetap) mempunyai KTP daerah tersebut misalnya. Ada juga ashhabusy syafii (muridnya imam syafii) memperbolehkan (sah) shalat jumat dengan minimal delapan atau dua belas orang yang mustawthin ditempat tersebut.

    12. Apa hukumnya sholat dg menggunakan masker dan shaf sholat nya renggang-renggang?

       Jawab: sah-sah saja, masker biasanya digunakan untuk menutupi hidung dan mulut, sedangkan hidung tidak termasuk anggota yang diwajibkan menyentuh tanah ketika sujud tetapi sunnah. Begitu pula merenggangkan shof, jadi sholat tetap sah tapi tidak ada kesempurnaan. Merapatkan shof itu bentuk kesempurnaan solat bukan soal keabsahan solat.

   13. Bagaimana hukumnya, jika ada anak kecil yang adzan Maghrib tetapi belum masuk waktunya tadz. (Kurang dari 3 menit) sudah adzan

        Jawab: hukunya melibatkan orang yang berpuasa. Kalau memang sudah yakin akan datang nya waktu adzan ya tidak masalah. Sedangkan jika ragu sudah seharusnya mencari dalil (tand) bahwa sudah waktunya berbuka. Kalau waktunya masih kurang 30 menit itu yang jadi masalah.

    14. Bagaiamana keshahihan hadits tentang dukhan di tanggal 15 ramadhan, yang sedang ramai di media sosial tadz?

    Jawab: Nyatanya sampai sekarang aman-aman saja. Jadi tak ada masalah. Keberagamaan yang tidak dilandasi keinginan beragama yang melebii batas itu sebauh problem di era sekarang. Banyak yang jadi reaktif terhadap masalah yang demikian. Seharusnya santai saja, karena  agama itu tergantung pembawaan. Agama bisa dibuat santai bisa dibuat jihad yang sesungguhnya itu tergantung kita. Agama juga mengajarkan hal-hal yang sifatnya rohmah, tabayyun, berilmu itu sebagai  sebuah indikator untuk kita beragama dengan baik. Terlalu reaktif pada masalah yang belum tentu kebenarannya itu yang tidak baik, terdapat ulama yang mengatakan hadis tersebut adalah hadis palsu atau dhoif. Hal  ini harus di telah kembali, apakah kita terasuk orang yang santai, atau grusa-grusu dalam beragama.

Beragama harus dengan ilmu, ketika tak kenal ilmu maka harus cari tau dengan orang orang yang sudah jelas kemampuannya. sekarang serba isntan termasuk beragama. Pertanyaan dan jawaban  juga inginnya dilakukan dengan instan. Bisa dilihat, ada keburu-buruan dalam beragama, itu akan jadi sebuah problem. Mari di bulan  Ramadhan yang penuh berkah ini kita tingkatkan spirit kita. Mari perbanyak diri untuk beribadah kepada Allah, semoga menjadi ibadah yang bermanfaat untuk diri kita dan orang lain.

 

Komentar